header mandadee

Perempuan Berdaya, Perempuan Berkarya Bersama IIDN

Konten [Tampil]
iidn

Memutuskan untuk berkarir menjadi Ibu Rumah Tangga penuh waktu adalah keputusan terbesar yang saya ambil dalam hidup. Menentang keinginan orangtua dan keluarga, menanggalkan ijazah yang sudah susah payah saya capai, memutuskan karir di bidang konstruksi, tidaklah mudah bagi saya. Akan tetapi, keinginan merawat, mendidik, dan membersamai anak, lebih besar dibanding untuk tetap mengejar karir.

Walaupun pada kenyataannya, tidaklah mudah saya jalani. Merasa insecure melihat teman-teman yang masih bisa berkarir meskipun memiliki anak, merasa malu dengan perkataan orang bahwa saya hanyalah lulusan sarjana yang hanya mengurus anak, merasa jenuh dan sendiri. Sampai pada titik di mana saya merasa, “kesehatan mental saya terganggu”.

Ibu Rumah Tangga dan Mental Health

mental health


Adakah hubungan antara Ibu Rumah Tangga dan mental health? Ada apa dengan mental health seorang Ibu Rumah Tangga?

Tak jarang kita dihebohkan dengan pemberitaan seorang Ibu yang menyiksa anaknya. Bahkan baru-baru ini yang membuat gempar adalah seorang Ibu yang tega dan tampak lega membunuh anak-anaknya, karena tidak ingin anak-anaknya terus menerus mendapat bentakan darinya. Mengapa demikian? Mengapa si Ibu tampak lega dan tersenyum setelah melakukannya? Saya hanya bisa menjawab bahwa mental sang Ibu sedang sakit.

Ya, sekejam itu akibat dari sakitnya mental seorang Ibu. Kesehatan mental seorang Ibu, terlebih Ibu Rumah Tangga yang hanya berkutat di rumah, tidak dapat disepelekan. Mungkin yang menjadi garis bawah banyak orang atas pemberitaan itu adalah “Kok, ada ya Ibu yang tega seperti itu?”, “Gila itu Ibunya, ko bisa kelihatan senang gitu!”. Sedikit sekali yang berpikir, “Seberapa berat tekanan yang ia hadapi?”, “Di mana support system sang Ibu?”

Jujur saja, pun saya termasuk orang yang berkomentar “Ibu yang tega berbuat sadis kepada anaknya adalah Ibu gila!”. Jangankan berkomentar untuk orang lain, bahkan saya pun seringkali tidak mengindahkan ketika Ibu saya berkata,

“Andai mamih ini manusia, mungkin sebenarnya mamih sedang sakit.”
Saat itu, saya hanya bertanya-tanya, maksudnya mamih bukan manusia? Kenapa kalau sedang sakit tidak bilang kalau sedang sakit saja? Kenapa harus memilih kalimat seperti itu?

Namun, saat saya menjadi Ibu Rumah Tangga dengan tiga balita di mana segala urusan harus saya lakukan semua sendiri, saya bisa mengerti kenapa sang Ibu memilih meniadakan sang anak meski bukan hal yang ia inginkan. Mengapa Ibu saya lebih memilih satu kalimat itu dibandingkan berkata “mamih sedang sakit!”

Saat menjadi Ibu Rumah Tangga, saya baru bisa paham arti dari “Andai Mamih manusia”setelah merasakannya sendiri. Mungkin saat itu yang kami rasakan adalah menjadi Ibu Rumah Tangga seperti robot yang tidak boleh kenal yang namanya lelah. Tidak ada alasan untuk merasakan sakit. Semua pekerjaan harus tetap dikerjakan dan diselesaikan meskipun fisik sudah memberikan signalnya untuk berhenti.

Begitu juga dengan yang dirasakan sang Ibu yang diberitakan tadi, saya bisa paham dengan kondisinya. Bukan, bukan saya mengindahkan pilihannya. Bukan saya membenarkan perbuatannya. Tetapi, saya pernah pada titik saya hampir melakukan hal yang saya pikir tidak akan pernah saya lakukan, yaitu saya hampir memukul anak saya. Meski tidak saya lakukan, saya menyadari bahwa ketika depresi, bisa saja kita kehilangan kendali dan melakukan apa yang tidak ingin kita lakukan. Mengapa demikian?

Tekanan besar yang diderita tetapi tidak ada support system yang mampu mendukung, membuat kesehatan psikis seorang Ibu Rumah Tangga terganggu. Hal terpenting yang perlu kita lakukan sebelum mengatasi kesehatan mental dalam diri adalah mengenal tanda-tanda kelelahan mental diri sendiri.

Tanda-tanda Kelelahan Mental


Hal yang membahayakan adalah ketika kita tidak menyadari bahwa kondisi mental kita sedang lelah. Mungkin pada awalnya tanda-tanda kelelahan mental tidak akan menjadi suatu masalah yang besar. Namun, seiring berjalannya waktu, bisa jadi kondisinya menjadi lebih buruk.

Oleh karena itu, mengenal tanda-tanda kelelahan sejak dini sangat penting, sebelum terjadi hal yang tidak kita inginkan. Berikut adalah tanda-tanda kelelahan mental menurut hellosehat.com.

1. Gejala Fisik

Biasanya gejala fisik yang ditunjukan sebagai tanda kelelahan mental berupa penyakit atau perubahan pola hidup yang lebih buruk, yaitu :

· merasa selalu lelah dan terkuras sepanjang waktu,

· kekebalan tubuh turun dan lebih sering sakit,

· sakit kepala dan nyeri otot, serta

· perubahan nafsu makan dan kebiasaan tidur.

2. Gejala Emosional

Adanya perubahan emosi dan reaksi tubuh merupakan gejala emosional dari lelah mental. Biasanya, pada kondisi ini diiringi juga dengan tindakan spontan sesuai dengan perasaan yang kita alami saat itu. Tanda-tanda emosional tersebut diantaranya :

· perasaan gagal dan adanya keraguan pada diri sendiri,

· merasa tidak berdaya dan kalah,

· kehilangan motivasi diri,

· merasa selalu sendiri,

· pandangan semakin negatif,

· lebih cepat marah,

· merasa putus asa,

· rasa cemas berlebihan, dan

· menurunnya kepuasan terhadap banyak hal.

3. Gejala Perilaku

Tanda seseorang mengalami lelah mental bisa juga dilihat dari pola tingkah laku yang ditunjukkan. Biasanya, pada kondisi ini sudah menjadi suatu kebiasaan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengenalinya, seperti:

· lari dari tanggung jawab,

· cenderung mengisolasi diri dari orang lain,

· membutuhkan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri,

· menggunakan makanan, obat-obatan, atau bahkan alkohol dalam mengatasinya,

· melampiaskan rasa kesal pada orang lain, serta.

· suka melewatkan pekerjaan.

Dari ketiga gejala di atas, adakah yang sudah pernah atau sedang momies alami? Saya sendiri hampir semua gejala sudah saya alami. Ketika saya menyadari bahwa ada yang salah pada diri saya, itu menjadi titik balik bagi diri saya untuk mengatasi gejala-gejala yang sudah terjadi. Bagaimana cara mengatasinya?

Cara Mengatasi Kelelahan Mental

Setelah saya menganalisis dan merasa bahwa kondisi psikis saya sedang tidak baik, bahkan sudah sampai menyakiti diri sendiri, beruntung saat itu tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Hal yang kemudian saya lakukan adalah “saya harus berubah, saya harus bisa sembuh, saya harus bahagia!” begitu kiranya saya bertekad.

Lalu langkap apa yang saya ambil untuk mengatasinya? Beriku adalah cara mengatasi kelelahan mental yang pernah saya lakukan :

1. Mengkuatkan Iman dan Mendekatkan Diri Pada Tuhan


Menurut saya kuat iman dan mendekatkan diri adalah solusi yang paling tepat. Saat iman saya tidak kuat mungkin saja sudah banyak hal tidak diinginkan yang saya lakukan. Melakukan wudhu dan berdizikir dapat menenangkan pikiran.

Mendekatkan diri pada Allah pun, dapat menjaga saya dari banyak hal negatif.

2. Self Talk


Self talk buat saya adalah terapi untuk melegakan rongga dada. Self talk membebaskan saya untuk meluapkan unek-unek yang mengganjal di hati. Dengan self talk saya bisa berkaca apa yang salah dan apa yang perlu diperbaiki.

3. Berkomunikasi dengan Pasangan


Mungkin untuk sebagian orang ada yang merasa sulit berkomunikasi dengan pasangan. Sulit untuk membuat pasangan mengerti dengan kondisi yang kita alami. Namun, tak ada salahnya berkomunikasi dengan pasangan apa yang sedang kita alami, apa yang kita rasakan, apa yang mengganjal. Di dengar atau tidak, setidaknya kita sudah mengkomunikasikan masalah kita.

4. Menyediakan Waktu untuk Diri Sendiri (Me Time)


Menyediakan waktu untuk diri sendiri sangat penting untuk menyegarkan pikiran. Pernah suatu kali saya harus merasakan “me time” dengan opname di Rumah Sakit. Saat itu, saya sedang hamil tua, hanya beberapa minggu saja sebelum HPL. Hampir setiap hari saya merasakan kontraksi hebat, sulit jalan, kelelahan. Saat dilarikan ke Rumah Sakit ada kemungkinan saya harus dioperasi lebih awal. Saya harus diopname semalaman untuk mengetahui perkembangan janin.

Dalam waktu satu hari itu, saya bebas tugas dari urusan rumah tangga, mengurus anak, dan domestik lainnya. Yang saya lakukan hanyalah menunggu sembari menonton drama korea, membaca buku, scrolling media sosial, dan hal lainnya. Ajaib, selama berada di Rumah Sakit saya tidak ada kontraksi, kondisi kehamilan baik-baik saja. Saat itu, saya baru menyadari bahwa “oh, ternyata saya hanya butuh istirahat!”

Keluar dari rumah sakit, pikiran saya kembali segar saat bertemu anak-anak.

5. Berkomunitas


Ketika saya berada di titik terjenuh dengan kondisi dan rutinitas berulang dalam rumah tangga, saya mulai membulatkan tekad untuk memiliki kesibukan di luar rutinitas. Saya mulai mencari-cari kelas online, mulai mencari ide jualan, termasuk mencari komunitas.
Mengapa berkomunitas? Komunitas menurut saya adalah support system di luar circle, yang memberi banyak pengalaman positif dan pembelajaran.

Berdaya dan Berkarya Bersama Komunitas Perempuan IIDN


iidn


Ibu-ibu Doyan Nulis atau sering kita sebut dengan IIDN adalah sebuah komunitas perempuan yang didirikan oleh Indari Mastuti atau yang sering disapa Teh Indari 12 tahun silam. Teringat satu tahun lalu saat IIDN berulang tahun yang ke-11, Teh Indari bercerita perjalanannya mendirikan IIDN.

Tak mudah, namun keinginan beliau yang tinggi untuk mewadahi para penulis perempuan di Indonesia membuat beliau melalui banyak hal dan jatuh bangun. Namun, semua usaha beliau tak sia-sia, banyak perempuan di Indonesia yang kini berdaya dan berkarya melalui IIDN.

Bagaimana saya bertemu IIDN?

Sebelum saya bercerita lebih lanjut tentang IIDN, saya ingin menceritakan pertemuan saya dengan IIDN. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, bahwa saya gencar untuk bergabung berbagai komunitas online. Sebelum bertemu IIDN, saat itu saya sedang aktif mengikuti kelas blog dan menulis antologi.

Menjadi penulis adalah cita-cita saya sedari SMP. Jadi, ketika saya aktif menulis antologi, saya mulai mencari-cari komunitas yang berhubungan dengan kepenulisan. Kebetulan saya melihat story Whastapp coach blog saya yang menampilkan foto bersama Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis Semarang. 

Namanya seperti tidak asing. Saya bertanya-tanya, apakah ada hubungannya IIDN dengan IIDB? Ya, sebelum bertemu IIDN saya sudah lebih dulu bergabung di Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis, yang juga didirikan oleh teh Indari. Saya mulai mencari-cari info tentang IIDN di berbagai telegram yang berhubungan dengan IIDB namun nihil. Sampai akhirnya saya menemukan instagram IIDN dan mendaftarkan diri menjadi member IIDN.

Sebagai komunitas penulis, IIDN menurut saya sangat mewadahi para penulis. Setelah mendaftar, saya bergabung Group Facebook Ibu-Ibu Doyan Nulis. Rasanya seperti menemukan harta karun ilmu kepenulisan. Setiap harinya terjadwal tema yang berbeda-beda tentang ilmu kepenulisan. 

Bagaimana saya berdaya bersama IIDN?

Apa sih yang saya dapat dari IIDN? Bagaimana saya berdaya bersama IIDN? Beberapa hal ini adalah hal yang saya dapatkan selama perjalanan saya bergabung dengan IIDN.

1. IIDN Mengajarkan Self Love

Percaya atau tidak, saya baru mengetahui apa itu self love, seberapa penting perempuan mencintai diri sendiri, bagaimana cara perempuan seharusnya mencintai diri sendiri, setelah mengikuti zoominar dengan IIDN. Saya mulai menyadari bahwa saya "butuh" untuk memikirkan dan mencintai diri sendiri. 

Gebrakannya adalah jika sebelumnya saya terlalu sayang untuk membeli sesuatu untuk perawatan diri, saya langsung membeli dan mulai memikirkan untuk merawat diri saya.

2. IIDN Menyembuhkan Innerchild

Tidak hanya soal karya, namun IIDN seperti memberi terapi pada para penulis agar tetap memiliki mental yang sehat. Karena menurut mba Widya Ketua Umum IIDN, bahwa kita harus bahagia dalam berkarya. Oleh karena itu, banyak program-program IIDN yang juga ditujukan untuk menyembuhkan luka pada diri sendiri.
Selain Self Love, kami diajak untuk mengenal innerchild, menggali innerchild pada diri, dan menyelesaikan innerchild yang masih bersarang agar sembuh, agar kami para penulis pulih dan bangkit untuk siap berkarya dengan bahagia.

3. IIDN Mengenalkan Apa itu Komitmen

IIDN adalah komunitas yang sangat menjaga komitmen. Salah satu program kepenulisan IIDN adalah melalui lomba-lomba blog. Suatu kali, saya mengikuti lomba blog yang bekerja sama dengan IIDN. Namun, saat itu saya terlambat untuk menjaga komitmen saya. Alhasil, pada beberapa kesempatan program kepenulisan saya tidak bisa mengikuti.
Namun, dari situ saya akhirnya menyadari bahwa menjaga komitmen itu penting bagaimana pun kondisi yang kita  hadapi.

4. IIDN Mengembangkan Passion Menulis

Banyak sekali program-program IIDN di dunia kepenulisan. Programnya dinamakan Writting Academy. Saya mengikuti beberapa kelasnya baik yang berbayar, seperti Menulis dari Nol, Menulis Buku Solo, Kelas nge-blog, dll. dan beberpa kelas gratis tentang dunia blog.

Eits, meski gratis IIDN mengajarkan kita untuk memiliki effort dulu sebelum mendapatkan kelasnya, yaitu dengan mengikuti lomba blog. 

5. IIDN Memberi Peluang Nge-blog

Dunia blog adalah dunia yang sedang aku tekuni, yang insyaa Allah ingin aku gunakan juga sebagai jalan mencari rizky membantu kebutuhan rumah tangga. Melalui IIDN saya mendapatkan peluang menjadi blogger yang berpenghasilan. Salah satunya, saat ini saya menjadi blogger untuk Indscript Creative milik teh Indari juga.

Penutup

Berkomunitas penting bagi saya sebagai Ibu Rumah Tangga untuk menjaga kewarasan. Tetapi, Ibu-Ibu Doyan Nulis, tak hanya membuat saya menjaga kewarasan namun membuat saya memiliki tujuan baru agar tetap berdaya dan berkarya. Saya bisa lebih percaya diri dan yakin bahwa berkarir tak hanya di perkantoran. Meski di rumah sembari mengurus anak, saya tetap bisa berkarir di dunia blog misalnya. Selamat ulang tahun IIDN!
Manda Dea
I live my life a quarter mile at a time

Related Posts

Post a Comment