header mandadee

Jangan Anggap Remeh Sibling Rivalry, Atasi dengan Cara Ini!

5 comments
Konten [Tampil]
sibling rivalry
Sibling rivalry istilah dalam dunia psikologi yang baru-baru ini saya dengar ketika mengikuti kelas Sekolah Orangtua. Setelah mengatahui arti dari sibling rivalry, ternyata hal ini adalah sesuatu yang saya takutkan sebelum melahirkan anak yang kedua. Hanya saja, saya belum mengetahui istilah yang tepat untuk hal tersebut. Kira-kira apa itu sibling rivalry moms? Ada yang tahu? Atau sudah pernah mengalaminya?
Secara umum sibling rivalry bisa dikatakan konfilik atau persaingan antar-saudara. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, maka tak heran jika ada perkelahian diantara anak kita. Apalagi saya yang memiliki anak dengan jarak umur yang tidak jauh.
Benar saja, dimulai dari ketika anak kedua lahir, hal yang bisa saya rasakan adalah anak pertama saya merasa belum bisa menerima adiknya. Harus disapih, posisi tak bisa lagi disusui dan harus digantikan dengan adiknya. Semakin tumbuh besar, sang adik bisa diajak bermain dan berbicara. Dia mulai mau menerima kehadiran sang adik. Namun, lagi-lagi ada saja yang akhirnya membuatnya tidak akur.
Sang adik yang sudah mengerti lingkungan sekitar, tak mau kalah. Berebut mainan, makanan, ada saja yang diperebutkan. Bahkan bisa saling memukul, hingga salah satu diantaranya menangis. Belum lagi ketika mereka melihat ada perbedaan perilaku dari Ayah dan Ibunya. Mereka memiliki karakter yang bertolak-belakang.
Saya berusaha menjadi Ibu yang adil dan menjadi penengah diantara mereka. Namun, tak jarang saya pun dibuat pusing dan akhirnya mengeluarkan bentakan dan ancaman. Jika sudah seperti ini, bukankah akan berdampak buruk bagi anak-anak? Lalu bagaimana cara mengatasinya? Beruntung sekali, saya mendapatkan materi ini, mari belajar bersama moms.

Apa sih, Penyebab Sibling Rivalry?

Menurut Bunda Erlin Hidayati, pengisis materi Sibling Rivalry Sekolah Orangtua, dibalik konflik sibling rivalry, ada kesempatan besar yang idak boleh disia-siakan. Apa itu? Membina hubungan baik dengan orang lain. Ya, jika kita mengarahkan mereka dengan benar, maka kita sebagai orangtua membantu mereka belajar bagaimana membina hubungan baik dengan orang lain. Membantu mereka mengasah empati, meminta empati, dan berani speak up batasan-batasan diri.
Bagaimana caranya? Kita kenali dulu yuk, penyebab sibling rivalry.
Kecemburuan, persaingan, atau kompetisi dan pertengkaran antar-saudara menjadi penyebab adanya sibling rivalry. Beberapa faktor berikut menjadi penyebab persaingan antara saudara terjadi.

Faktor-faktor Penyebab Sibling Rivalry

1. Evolving Needs

Evolving needs atau perubahan kebutuhan anak-anak terjadi di mana kecemasan dan identitas mempengaruhi bagaimana mereka berhubungan satu sama lain. Misalnya saja, ketika anak-anak sangat protektif terhadapa mainan atau benda yang mereka miliki. Saat saudaranya mengambil mainannya, mereka akan bereaksi dengan sangat agresif.
Hal ini sering terjadi diantara kedua anak saya. Walaupun saya membiasakan mainan milik bersama, siapa yang pertama kali memainkannya maka dia yang berhak memainkannya dan saudara yang lain harus bersabar jika ingin memainkannya. Namun tetap saja, sang kakak yang merasa mainan itu miliknya, tidak mau kalah.
Saya sangat merasakan sekali, pada akhirnya hal itu menimbulkan kecemasan di antara mereka berdua. Bahkan ketika sang adik tak berniat mengambil mainan sang kakak, sang kakak sudah cemas dahulu. Begitu juga sebaliknya, ketika sang adik merasakan kecemasan yang sama mainannya akan diambil sang kakak, dia bertindak agresif dengan memukul sang kakak.

2. Individual Temperament

Yaitu, suasana hai, kemampuan beradaptasi, dan kepribadian anak-anak untuk memainkan peran besar dalam pergaulan. Seperti kedua anak saya yang memiliki karakter yang berbeda. Sang kakak yang memiliki karakter lebih santai, dan sang adik yang mudah marah, hal ini dapat menyebabkan pertengkaran.

3. Role Models

Orang tua adalah role models sang anak. Cara orangtua mengatasi masalah dan pertengkaran dapat memberikan contoh yang kuat pada anak-anak. Oleh karena itu, orang tua haruslah berhati-hati. Ketika orang tua berkonflik dan memberikan contoh penyelesaian secara baik-baik dan tidak agresif, hal ini menjadi contoh yang akan ditiru anak-anak ketika mereka mengalami masalah satu sama lain.
Ini juga yang sudah saya rasakan. Suatu kali saat mereka bertengkar, saya menyadari bahwa ada yang mereka tiru dari kami selaku orangtua. Hal ini membuat saya menjadi lebih berhati-hati sekali. Karena kita memang sebagai role models anak-anak kita.
Namun, selain ketiga faktor di atas, Bunda Erin menyampaikan ada 3 faktor utama yang menyebabkan sibling rivalry.

3 Faktor Utama Sibling Rivalry

1. Anak ingin menunjukan bahwa mereka adalah individu yang utuh yang berbeda dengan saudaranya.
2. Anak merasa tidak mendapatkan perhatian atau disiplin yang setara dari orangtuanya.
3. Anak tidak/belum tau cara yang positif untuk mendapatkan perhatian atau bagaimana memulai aktivitas yang menyenangkan dengan saudaranya.

Dampak Sibling Rivalry

Dampak Negatif Sibling Rivalry

Mendengar pemaparan Bunda Eryn terkait dampak buruk memberi ketakutan sendiri bagi saya. Hal yang selama ini saya khawatirkan ternyata memang itulah dampak buruk dari sibling rivalry. Yaitu,

1. Meningalkan Jejak Buruk Pada Kesehatan Mentalnya

Memang pertengkaran antara saudara ini tidak bisa diremehkan, apalagi jika ketegangan dan konflik diantara saudara kandung terus menerus terjadi dan sulit diatasi. Kesehatan mental anak bisa terganggu karena pada pertengkaran ada perasaan takut atau tekanan yang berlebihan. Dan saya melihat ini pada anak pertama saya. Ketakutan terbesar saya adalah bahwa nanti dia tidak bisa mempertahankan dirinya, baik dengan saudara kandungnya ataupun nanti ketika dia berinteraksi dengan dunia luar. Karena yang saya lihat saat ini, baik dengan saudara kandungnya, ataupun dengan temannya, dia hanya bisa diam dan menangis pasrah ketika mendapat tekanan.
Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang tepat dari orang tua. Jika tidak, saat anak bertumbuh besar, hal ini memungkinkan anak kurang percaya diri, minder, atau menarik diri.

2. Kerenggangan antara Saudara Kandung dan Orangtua

Dampak lainnya adalah adanya kerenggangan antara saudara kandung. Bisa jadi saling bermusuhan. Padahal saudara kandung bisa menjadi sumber dukungan, tempat berbagi, dan teman yang baik. Begitu juga denga orangtuanya. Sibling rivalry dapat menggangu interaksi dengan orangtua. Hubungan antara anak dan orangtua menjadi kurang hangat dan tidak menyenangkan.
Selain dalam interaksi dengan keluarga, interaksi dengan lingkungan luar pun bisa terganggu. Anak menjadi kurang bergaul atau bisa jadi kurang bisa menyesuaikan diri.

Dampak Positif Sibling Rivalry

Akan tetapi, di sisi lain, sibling rivalry juga memiliki efek positif jika kita sebagai orangtua mampu membawanya ke arah yang lebih positif. Apa itu? Yaitu dengan membuat anak-anak berkompetisi untuk menjadi lebih baik. Efeknya, mereka akan lebih menghargai perbedaan dan bisa lebih berkonsentrasi pada kemampuan mereka masing-masing.
Oleh karena itu, penting sekali sebagai orangtua untuk tidak mengabaikan setiap bagian dari pertumbuhan anak.

Metode SLAP, Tips Mengatasi Sibling Rivalry

Melihat dampak buruk yang akan berakibat berkelanjutan, maka sudah seharusnya orangtua mengatasinya dengan cara yang tepat. Bunda Erin menyampaikan metode SLAP (Save, Attune, Limit Set, Problem Solve), bisa dipraktekan untuk mengatasi sibling rivalry.

Memastikan Mereka Dalam Kondisi Yang Aman (Save)

Jika salah sau atau anak-anak saling pukul, pegang tangannya untuk menghentikan tindakannya. Pegang dengan baik, jangan kuat-kuat. Katakana dengan tenang bahwa memukul, menendang, mencakar, menggigit, mendorong itu tidak baik
Biasanya saya memberi penjelasan juga fungsi tangan, mulut, kaki, dll itu untuk apa.

Memahami dan Menerima Perasaan Mereka (Attune)

Pada step ini, hal yang harus kita lakukan adalah menerima perasaan mereka. Membantu mereka untuk mengekspresikan perasaan satu sama lain. Biarkan mereka tahu bahwa kita memahami dan tidak menghakimi atau menyalahkan. Kumpulkan informasi tentan apa yang terjadi, ajak bicara dengan posisikan mata kita sejajar dengan mereka. Lalu kita tunggu sampai mereka tenang dan siap untuk menerima saran.

Menetapkan Batasan (Limit Set)

Mengingatkan anak-anak tentang batasan-batasan yang dijadikan pedoman seperti etika atau aturan dalam keluarga. Berikan alasan yang rasional. Bisa juga mengajak anak untuk menyatakan batasan atau limit satu sama lain.
Misalnya seperti ini,
“Kina marah? Mamah tahu Kina marah, tapi tidak boleh memukul kakak ya. Kan kalau dipukul itu sakit”

Mencari Solusi Masalahnya (Problem Solving)

Nah, setelah kita menerima dan memahami emosi mereka, menyatakan aturan, hal selanjutnya adalah membantu mereka mencari solusi. Solusi bisa berasal dari anak-anak sendiri ataupun dari kita.
Hal yang Harus Dihindari Orangtua dalam Menghadaou Sibling Rivalry
Beberapa hal berikut sangat penting untuk kita hindari dalam menghadapi sibling rivalry :
• Tidak membandingkan anak dengan kakak, adik, atau temannya
• Jangan membela salah satu anak secara khusus. Karena dapat memicu kecemburuan dan kebencian pada anak lainnya.
• Tidak memberikan privasi berlebihan kepada anak. Karena akan menghilangkan kesempatan anak untuk belajar memecahkan masalah dan bernegosiasi.
• Tidak memaksakan anak untuk memiliki teman-teman yang sama. Dorong anak untuk memiliki hubungan pertemanan sendiri.
• Tidak memaksa anak untuk meminta maaf jika ia tidak merasa bersalah. Hal ini akan mendorong anak untu berbohong.

Sibling rivalry sangat memungkinkan terjadi ketika kita memiliki anak lebih dari satu. Karakter mereka yang berbeda tidak bisa menyebabkan sibling rivalry tak bisa dihindari. Namun, jika kita sebagai orangtua mampu mengatasinya dengan baik sibling rivalry bisa berdampak baik bagi anak dan lingkungannya. Setelah kemarin tertampar dengan materi toxic parents, jujur saja kali ini pun saya tertampar dengan materi sibling rivalvy, yang ternyata ada cara saya yang salah dalam mengatasinya. Semoga kita sebagai orangtua mau terus belajar dan berbenah diri agar anak kita tumbuh dengan baik.   






Manda Dea
I live my life a quarter mile at a time

Related Posts

5 comments

  1. Masyaallah. Ilmu buat yg belum menikah dan blm dikaruniai anak nih. Semoga yg sudah menjadi Mom and Dad bisa berjuang bersama agar tercipta anak2 yg baik dan beretika.
    Salam sehat Mom! ❤️

    ReplyDelete
  2. Saya juga pernah mengalami ini, tapi alhamdulillah bisa dikondisikan

    ReplyDelete
  3. yap, saya juga pernah mengalami mom, terima kasih sharingnya mom, bisa dicoba dulu pas ngelerai keponakan yang rewel nih :D

    ReplyDelete

Post a Comment