header mandadee

Yuk Tukoni, Digitalisasi untuk Bangkitkan UMKM !

Post a Comment
Konten [Tampil]

 


 

“The pessimist sees an obstacle in every opportunity, the optimist sees an opportunity in every obstacle” - Winston Churchill
Masih terekam dalam ingatan 2 tahun terakhir adalah masa-masa tersulit bagi sebagian banyak orang saat munculnya wabah Covid-19 di Indoenesia. Ketegangan, rasa takut, pemberitahuan orang meninggal yang hampir setiap hari diumumkan dari masjid di kampung, pembatasan sosial, serta perekonomian yang bergoyang.

Covid-19 changes everything.

Hal yang tampak jelas adalah dampak dari pembatasan sosial, yaitu melambatnya sektor ekonomi dikarenakan berkurangnya konsumsi rumah tangga. Tidak hanya di Indonesia, akan tetapi ekonomi melambat secara global. Banyak PHK di beberapa perusahaan besar, pembangunan diberhentikan, dan tentu saja ekonomi mikropun terkena imbasnya.

Ketika perusahaan besar terdampak, bagaimana dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia? Apakah mereka mampu bertahan di tengah krisis ekonomi? Seperti yang kita ketahui, UMKM di Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia.

Terbukti, menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar 61,1%, dan sisanya yaitu 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya sebesar 5.550 atau 0,01% dari jumlah pelaku usaha.

Bisa kita lihat, berdasarkan data di atas, jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja yang sangat besar, menjadikan Indonesia memiliki potensi basis ekonomi nasional yang kuat. Oleh karena itu, menyadari akan potensi basis ekonomi yang Indonesia miliki melalui UMKM, Revo Suladasha, pebisnis di bidang food & bavarage asal Yogyakarta ini, menggandeng mitra UMKM melalui digitalisasi.

Revo Suladasha, Bangkitkan UMKM di Tengah Pandemi

“Adanya pandemi, membuat UMKM teriak. Mereka perlu didukung agar bisnisnya tetap bergerak.” - Revo Suladasha
Seperti yang dikatakan Winston Curchil, bahwa orang yang optimis adalah yang dapat melihat adanya peluang di setiap kesulitan. Pandemi yang entah kapan usai kala itu, tidak membuat Revo Suladasha berdiam diri menerima situasi yang merugikan pelaku UMKM.

Revo Suladasha tergerak untuk membantu pelaku UMKM di Yogyakarta, khususnya di bidang food & bavarage yang terdampak pandemi. Seperti yang kita ketahui, usaha di bidang makanan memiliki risiko yang lebih tinggi, karena jika tak laku makanan akan cepat basi.

Tuntunan untuk selalu memiliki strategi dan memutar otak agar dapat mempertahankan bisnisnya adalah salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh pebisnis. Lalu, sebagai seorang yang memiliki jiwa bisnis, bagaimana cara Revo Suladasha membantu pelaku UMKM?

Digitalisasi. Ya, melalui digitalisasi Revo Suladasha mampu membangkitkan UMKM di bidang food & bavarage. Beruntungnya, ketika Covid-19 mewabah di Indonesia, kita berada di era digital. Akses internet pun tak sesulit dulu.

Boleh dibilang, dampak positif dari pandemi adalah berkembangnya digitalisasi. Banyak platform-platform bermunculan guna mendukung kegiatan sosial dan ekonomi di tengah pandemi. Dalam hal ini, Revo Suladasha memanfaatkan instagram dan website sederhana untuk membantu memasarkan produk-produk UMKM.

Mengusung konsep frozen food, Revo Suladasha bersama rekannya Eri Kuncoro, membentuk Yuk Tukoni untuk membantu pelaku UMKM di bidang food & bavarage yang terdampak pandemi.

Yuk Tukoni, Rumah Bagi Pelaku UMKM

“Go Digital or Die”
Begitu kata salah satu pembicara dalam webinar tentang pengembangan UMKM yang pernah saya ikuti. Kekuatan digital memang sudah terbukti dalam meluaskan pemasaran. Apalagi di masa pandemi di mana pembatasan sosial berlaku di mana-mana. Media digital memang sangat pas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pada April 2020, Revo Suladasha dan Eri Kuncoro merealisasikan Yuk Tukoni dengan menggunakan platform media sosial Instgaram @yuktokoni dan websitesnya tukoni.id. Melalui 2 platform inilah pelaku UMKM di Yogyakarta tetap bisa melakukan pemasaran secara online meski tidak dapat berjualan secara langsung.

Pada awalnya, Yuk Tukoni bekerja sama dengan Mie Ayam Bu Tumini dan Mangut Lele Mbah Harto, sebagai brand makanan yang sudah dikenal di Yogyakarta. Melihat banyaknya pembeli melalu Instagram @yuktukoni, Yuk Tukoni mampu menggandeng 10 UMKM lainnya untuk bergabung.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Yuk Tukoni mengemas makanannya berupa frozen food, sehingga makanan yang dijual bisa disimpan lebih lama dan bisa di kirim ke luar kota. Sudah tidak asing lagi memang kalau kuliner di Yogyakarta ini bisa memikat hati masyarakat luar Yogyakarta yang pernah berkunjung ke sana. Sehingga, kemasan frozen food lebih menguntungkan karena dapat dinikmati penikmat kuliner Yogyakarta yang berada di luar kota.

Siapa sangka, melalui Yuk Tukoni yang memiliki misi meningkatkan pendapatan mitra UMKM, pengusaha makanan dan minuman, dan food & bavarage creator, para pelaku UMKM memiliki banyak pelanggan. Misalnya saja Mie Ayam Bu Tumini ketika pandemi, Yuk Tukoni memesan 200 bungkus setiap dua hari sekali.

Pada Agustus 2020, terjadi lonjakan pesanan yang mengakibatkan produsen kewalahan memenuhi kebutuhan pasar. Namun, hal itu menjadi tantangan sendiri bagi Yuk Tukoni, untuk tetap memberi dorongan dengan mendampingi pelaku UMKM agar tetap semangat.

Sampai dengan saat ini, Yuk Tukoni telah bekerja sama dengan lebih dari 150 UMKM di Yogyakarta dan sekitarnya. Selain platform Instagram dan website, Yuk Tukoni juga bekerja sama dengan beberapa marketplace yang banyak digunakan.

Penutup


Revo Suladasha dan Eri Kuncoro menjadi gambaran sosok inspirasi yang mampu bergerak sebagai pebisnis di masa krisis saat pandemi. Tak hanya memikirkan diri sendiri untuk bangkit, namun bekerja sama, bergotong royong membangkitkan UMKM di Yogyakarta agar tetap memiliki penghasilan dan mampu bertahan di masa sulit.


Manda Dea
I live my life a quarter mile at a time

Related Posts

Post a Comment