header mandadee

3 Tips Sukses Toilet Training dengan Bahagia

3 comments
Konten [Tampil]

 

tips toilet training


Toilet training merupakan salah satu fase yang mau tidak mau harus kita lewati sebagai orang tua. Bagi saya sendiri, menghadapi fase toilet training ini suatu hal yang mendebarkan. Bayangkan saja, kita harus menjelaskan kepada anak, apa itu BAK & BAB, seperti apa rasanya, bagaimana tandanya. Karena hal-hal tersebut tidak kasat mata, sehingga bayangan saya, akan sulit menjelaskan hasrat itu pada anak kita.
Sudah dapat dibayangkan bukan, bagaimana kita harus ekstra berusaha? Dibutuhkan kesabaran ektra pula. Oleh karena itu, dalam melewati momen toilet training dengan bahagia saya perlu mempersiapkan management emosi. Jika tidak, wah anak saya akan menjadi korban luapan emosi. Mereka pun tidak menjalaninya dengan bahagia.
Tak kalah, saya pun harus memiliki ilmu toilet training agar bisa dilakukan dengan benar dan bahagia. Beruntung sekali, saat itu ada Kuliah Whatsapp mengenai toilet training dari Bapak Canun Kamil. Alhamdulillah ilmunya bisa mengantarkan saya menjalani toilet training dengan bahagia.
Saya mulai melakukan toilet training saat Kun belum genap berusia 2 tahun. Kebetulan saat itu, Kun harus disunat. Jadi kenapa tidak sekalian saya memulai toilet training? Karena pastinya saat masa penyembuhan, dia tidak bisa menggunakan diapers hehehe. Mendadak memang, tapi bismillah siapkan mental.

3 Tips Sukses Toilet Training dengan Bahagia

Menurut pak Canun Kamil ada 3 kunci utama dalam keberhasilan toilet training, yaitu :

tips toilet training
 

1. Melakukannya Secara Konsisten

Proses toilet training perlu dilakukan secara perlahan namun berkesinambungan, jangan sampai terputus di tengah jalan. Sedikit sulit memang, tapi agar dapat dilakukan secara konsisten perlu adanya kesiapan dari saya dan pasangan selaku orangtua dan dari anak itu sendiri.
Orangtua dan anak merupakan faktor yang menentukan keberhasilan toilet training. Bayangkan jika dari keduanya tidak ada kesiapan maka bisa saja akan berhenti di tengah jalan dan memutuskan untuk menggunakan diapers lagi.
Lalu, bagaimana kesiapaan orangtua dan anak itu sendiri?

a. Kesiapan Orangtua

Menyiapkan mental sedari awal. Nah, selama proses penyembuhan Kun dari sunatnya, sembari mulai mengenalkan Kun tentang BAK dan BAB, saya pun mulai menyiapkan mental. Saya berdiskusi dengan suami akan melepas diapers Kun setelah Kun sembuh. Awalnya sang ayah belum siap, namun setelah diberi penjelasan akhirnya kami sama-sama menyiapkan mental.
Menurut Canun, minimkan ekspetasi terhadap anak, karena proses anak memahami toilet traning boleh jadi tidak semudah dan tidak secepat mereka belajar pengetahuan kognitif. Dibutuhkan juga nih, pembagian peran antara Ayah dan Ibu. Anak laki-laki sebaiknya belajar toilet training dengan ayahnya, dan anak perempuan dengan Ibunya.
Tapi, karena kondisi saya LDM dengan suami, akhirnya Kun tetap praktek toilet training dengan saya, Ibunya. Sedangkan bagian Ayah adalah membantu pemahaman tentang BAK dan BAB itu sendiri.
Biasanya anak lelaki lebih mudah paham, bila dijelaskan oleh sang Ayah. Agar anak juga ada rasa bangga dan tertantang untuk bisa segera lulus toilet training, bila yang memotivasi ayahnya. Apalgi bila menggunakan sistem reward achievement bisa membuat anak lebih semangat lagi.

b. Kesiapan Anak

Nah, sounding berperan penting dalam kesiapan anak. Dalam masa pemulihan itu, saya mulai memberi sounding untuk Kun. Beberapa hal penting tentang kesiapan anak diantaranya :
  • Anak sudah pandai berkomunikasi, minimal perkataannya sudah kita mengerti, dan dia sepakat untuk berproses toilet training bersama.
Sebagai contoh saat itu saya memberi sounding seperti ini :
"Alhamdulillah Kun udah sunat ya, udah semakin besar, gimana kalau nanti Kun udah sembuh kita belajar pakai celana dalam yuk! Sekarang kan Kun udah bisa engga pakai popok. Nanti kita belajar pipis di kamar mandi juga ya!"
Kalau tidak berhasil dalam sekali sabar ya moms. Kita coba di hari, bisa juga dibantu metode buku yang tokohnya disukai anak.
  • Melakukan Briefing dan Roleplaying
Briefing, dimana orangtua memberitahu seperti apa proses toilet training yang akan dilakukan. Misal mulai dari mengajarkan anak untuk bilang saat ingin pipis dan pup. Kita bisa beritahu pada anak seperti apa rasanya ingin pipis dan pup itu. ditambah dengan ekspresi yang sesuai dan all out juga akan memudakan anak untuk memahami.
Saya mulai membuat agenda latihan yang akan dilakukan setiap harinya. Yang perlu diingat adalah lakukan perlahan, jangan sampai kita memaksa anak.

Roleplaying, dalam roleplaying ini orangtua bersama anak berpura-pura me-reka adegan nanti proses toilet training besok akan seperti apa. Semakin kita menjelaskan dengan rinci, detil dan ekspresif, biasanya akan lebih mudah ditiru anak. Ini cara jitu banget, karena Kun selalu mengulang ekspresi persis saat berlatih ketika ingin pipis atau pup.

tips toilet training

2. Telaten

Menurut Canun proses toilet training yang tingkat keberhasilannya tinggi adalah yang langsung lepas diapers dan tidak perlu pakai training pants. Ketika orangtua dan anak sepakat akan proses toilet training, anak langsung pakai celana dalam dan lepas diapersnya.
Memang agak sedikit repot diawal, saya memerlukan satu bulan untuk Kun memahami hasrat ingin pipis dan pup. Selamat satu bulan itu Kun sering keburu pipis atau pup di celana dulu.
Selanjutnya, Kun sudah mampu bilang saat ada hasrat ingin pipis atau pup, juga mampu menahan pipis dan pup saat harus buka celana dulu. Perlahan kemudian diajari cebok, lap kemaluan, cuci tangan, juga adab di toilet lainnya.
Lamanya anak mulai memahami hasrat ingin pipis atau pup setiap anak berbeda-beda ya, moms. Bisa jadi lebih cepat dari Kun, atau lebih lama.

Beberapa hal yang penting orangtua ketahui dalam ketelatenan proses toilet training diantaranya :

1. Stock Kesabaran Extra

Proses toilet training pada awalnya mungkin akan sangat menggemaskan dan tidak menyenangkan ya, moms. Tapi, demi keberhasilan proses toilet training, sebaiknya kita tetap perlu menjaga aliran emosi saat hal yang tidak diharapkan terjadi. Sabar, sabar, dan sabar. (Nah ini nih, yang diperluiin dari management emosi hihi)
Katanya Canun, anak perlu waktu untuk belajar keluar dari zona nyamanya. Bayangkan saja, misalnya anak mulai proses toilet training pada usia 2 tahun, itu artinya kita telah membuat anak kita selama ini tidak memahami hasrat ingin pipis dan pupnya selama 2 tahun. Anak kita sudah terlalu nyaman menggunakan diapersnya sebagai tempat buang hajat selama 2 tahun. Wah, bukan waktu yang sebentar ya, moms. Oleh karena itu, kita tidak bisa memaksa anak triiiing sehari bisa memahami hasrat ingin pipis dan pup. Ingat, sabar....sabar...sabar... hihi

2. Apresiasi Sekecil Apapun Kemajuan Anak Selama Proses Toilet Training

Apresiasi di sini bisa berupa pujian. Tapi, perlu diingat ya moms puji perilakunya, bukan orangnya. Sampaikan juga dampak positif dari perilaku baiknya.
Contoh:
"Alhamdulillah Kun, terimakasih ya sudah mulai pipis di toilet. Berarti Kun sudah bisa jaga kebersihan diri sendiri lebih sehat. Allah sangat suka akan kebersihan."

3. Rutin Meng-install Mindset Memberdayakan tentang Toilet Training pada Anak

Sebaiknya setiap malam sebelum tidur, menanamkan sugesti baik, dengan bincang santai bersama anak. Waktu sebelum tidur, adalah peralihan gelombang otak anak dari kondisi Alpha ke Tetha. Ini adalah waktu yang tepat, untuk langsung masuk pikiran bawah sadar anak kita.
"Mama yakin, insyaAllah besok Kun makin bisa bilang saat mau pipis atau pup... Terimakasih yah Kun, hari ini sudah berusaha belajar ke toilet..."
Sampaikan pelan, sambil mengelus kepalanya. Kalau masih sayup terjaga, bisa juga moms ajak ngobrol tentang apa perasaannya belajar toilet training hari ini. Apa yang menyenangkannya, apa yang masih sulit baginya.
Rutin dengan telaten setiap malam kita evaluasi bersama dengan anak, mengenai proses toilet training yang sedang dijalani.

4. Bantu Anak Memahami dengan Rutin Membacakan Buku tentang Toilet Training.

Membacakan buku tentang toilet training ternyata ini cukup berpengaruh menjaga motivasinya, untuk bisa lulus toilet training. Moms bisa membacakan buku apapun tentang toilet training yang bisa membantu keberhasilan proses toilet training, dan meningkatkan memotivasinya untuk lulus toilet training, Misalnya,  "Belajar Adab Toilet" untuk anak.
Buku menjadi salah satu media paling berpengaruh dalam membantu pemahaman balita. Meski mereka belum bisa membaca, tapi dengan orangtua sering membacakannya, mereka perlahan akan memahaminya.

toilet training

3. Konsekuen

a. Bertahan Selama Proses

Konsekuen di sini bermakna tegas. Tegas tidak sama dengan keras. Tegas bermakna teguh dalam memegang prinsip, sedang keras itu tentang penyampaian kepada anak, misal dengan berteriak, melotot, menuntut, dan lainnya.
Maka, melatih anak untuk toilet training, berarti memerlukan ketegasan yang disampaikan dengan penuh kelembutan. Tegas kepada diri sendiri untuk tidak memghentikan proses toilet training di tengah jalan, tidak mudah menyerah, dan senantiasa lembut untuk mengingatkan selalu anak kita.
Namanya juga balita, apa iya, hanya dengan sekali dua kali ucap bisa langsung mahir dan bisa? Tentu tidak, kan? Maka, sebaiknya kita senantiasa mengingatkan dengan lembut aturan-aturan toilet training dan bersedia menjalani prosesnya.
Untuk mencapai konsekuen, maka kita perlu memahami bahwa anak kita perlu waktu dan proses agar bisa mahir. Kata Canun nih:
 
TIDAK TAHU menjadi TAHU, anak perlu belajar.
TAHU belum tentu MAMPU.
Agar tahu menjadi MAMPU, maka perlu LATIHAN.
MAMPU, belum tentu mahir.
Agar menjadi MAHIR, perlu pengulangan terus menerus.
Perhatikan, bahwa proses toilet training sedemikian dibutuhkan bagi anak kita. Inilah mengapa kita perlu menghargai proses perubahan positif mereka meskipun hanya 1%. Inilah mengapa kita perlu menuntun anak-anak kita, bukan menuntut. Inilah mengapa kita perlu menikmati prosesnya, mendampingi anak-anak kita untuk berbenah, apalagi setiap anak memiliki proses yang berbeda-beda.

b. Sambil berproses Toilet Training, Kenalkan Adab Masuk Keluar Kamar Mandi dalam Islam

Seringkali, karena kita fokusnya hanya pada keberhasilan  toilet training saja, membuat luput untuk mengenalkan adab muslimnya seperti apa. Padahal, bila dikenalkan dari awal sambil berproses toilet training, justru lebih memudahkan anak memahami kemudian menjadikannya kebiasaan. Ini pun, suatu hal yang hampir saya lupakan. 
Bagaimana adab keluar masuk kamar mandi dalam Islam? Seperti langkah kaki kiri saat masuk kamar mandi, berdoa, cebok dengan tangan kiri, tidak berlama-lama di kamar mandi, tidak menghamburkan air, dan adab di kamar mandi lainnya.

c. Gunakan Sistem Reward dengan Bijak

Anak usia 2 tahunan, sedang masanya mulai merasa bangga pada setiap pencapaian dirinya. Itulah kenapa anak usia 2 tahun, suka sekali "pamer" pada orangtua saat mereka bisa ini, saat mereka berhasil itu, meski hal kecil mungkin bagi kita. Masa seperti ini, justru perlu kita manfaatkan.
Oleh karenanya selama proses toilet training, penggunaan sistem reward chart menggunakan sticker, biasanya membantu peningkatan keberhasilan proses toilet trraining anak kita nih, moms. Saat anak berhasil, dia mendapat hadiah sticker, ada kebanggaan dalam dirinya. Kemudian timbul lagi keinginan untuk bisa memenuhi semua chart dengan sticker, sehingga dia semakin termotivasi untuk berproses toilet training. (Sayangnya, chart yang pernah saya buat sudah hilang hihi)
Ketika kita menetapkan reward dalam proses toilet training ini, kita harus konsekuen untuk penuhi janji yang sudah kita sepakati bersama anak ya, moms. Akan tetapi jangan lupa pahamkan pada anak kita, bahwa reward berlaku selama proses toilet training. Saat dia sudah berhasil dan mampu, maka tanpa perlu reward pun, akan menjadi kebiasaan bagi mereka. Hmmm... bayangin kalau sampai kita terlewat memahamkan ini, anak akan terus meminta reward ketika berhasil pipis atau pup di toilet. 

Bagaimana moms, sudah siap melakukan toilet traning bahagia bersama anak? Siapkan diri dan kesiapan anak. 
Seringkali kita kesulitan dalam sebuah proses, hanya karena belum tahu caranya. Seringkali kita gagal terus dalam sebuah ikhtiar, hanya karena kurang sedikit kesabaran kita. Seringkali anak-anak kita, hanya perlu diri kita yang tenang, dalam membersamai setiap proses mereka. 
Selamat menjalani proses toilet training dengan menyenangkan ya, moms. Semoga 3 tips sukses toilet training dengan bahagia di atas bisa membantu ya. 
Manda Dea
I live my life a quarter mile at a time

Related Posts

3 comments

  1. Ih suka deh.

    Aku dulu sukses TT karena si kakak dibacakan buku betul tuh mbak

    Btw breifing dan roleplaying ini macam mainan ya ahaha
    Anak2 suka.tuh. jadi gak terkesan menuntun tapi mendampingi ya

    ReplyDelete
  2. Artikel nya bagus,,, bagus buat guru guru PAUD juga

    ReplyDelete
  3. Disiplin, Konsisten dan sabar emang kunci utama dri TT ya Mba, lebih baik ribet dlu skian hari stelah itu bisa merasakan hasilnya

    ReplyDelete

Post a Comment